Kamis, Mei 28, 2009

Nurul Jadid Berduka
 PAITON - Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Jadid Paiton Kabupaten Probolinggo berduka. Salah satu pengasuh ponpes tersebut, KH Abdul Haq Zaini, 53, dini hari kemarin (18/5) berpulang setelah sebelumnya menghadiri acara haul di Pajarakan. Kepergian kiai yang dikenal sangat tegas itu terbilang mendadak. Menurut keterangan pihak keluarga, sebelumnya Kiai Abdul Haq tak menunjukkan tanda-tanda sakit parah. "Jadi, sebelumnya sehat-sehat saja," tutur Kiai Romzi Al Amiri Manan, suami dari keponakan Kiai Abdul Haq. Tapi, yang terjadi Senin dini hari itu sungguh tak terduga. Saili Aswi, salah satu ustadz di ponpes tersebut menuturkan, Minggu (17/5) malam setelah salat Isya, Kiai Abdul Haq menghadiri undangan pengajian di Situbondo.

Dari Situbondo, Kiai Abdul Haq langsung menuju acara haul Habib Jakfar bin Syech Abu Bakar di Pajarakan Kabupaten Probolinggo। "Kurang lebih pukul 00.05, kiai pulang dari menghadiri haul Habib Jakfar di Pajarakan. Keluar dari mobilnya beliau sudah dibopong oleh sopirnya, Abdul Hafidz," kisah Saili Aswi.
Melihat Kiai Abdul Haq dibopong, Saili yang saat itu duduk di depan kantor pesantren, langsung berlari. "Saya langsung lari ingin membantu Pak Hafidz membawa kiai ke dalem (kediaman)-nya," cerita Saili.
Sampai di dalem-nya, kata Saili, Kiai Abdul Haq minta dipijat sambil memegang dadanya. Saat itu ia seperti sedang menahan sakit luar biasa di dadanya. "Sambil menahan sakit di dadanya, beliau minta dipijat di dadanya, betis dan kakinya. Tekan dada saya," kata Saili menirukan perkataan Kiai Abdul Haq saat itu.
Saili ditemani oleh Abdul Hafidz, dan Abduh, seorang pembantu pengasuh, memijat Kiai Abdul Haq. "Lalu kami disuruh mencari oksigen dan memanggil dokter di balai pengobatan Azzainiyah," lanjut Saili. Balai pengobatan Azzainiyah adalah milik ponpes tersebut. Jaraknya tak begitu jauh dari kediaman Kiai Abdul Haq.

Saat itu, lanjut Saili, istri Kiai Abdul Haq, yaitu Nyai Hj Nuri Firdausiyah sedang tidur di kamar. "Dan memang Kiai tidak memperbolehkan kami memanggil Nyai. (Nyai) Nggak usah dibangunkan. Pijat saya saja dan carikan oksigen, panggil dokter," kata Saili menirukan perkataan Kiai Abdul Haq.

Abduh yang kemudian disuruh untuk mengambil oksigen dan sekaligus memanggil dokter di balai pengobatan Azzainiyah. "Saya dengan Hafidz, tetap memijat beliau. Sekira 10 menit kemudian, dengan keras beliau mengucapkan kalimat syahadat dengan lancar. Itu yang membuat saya tidak kuat menahan air mata," kisah Saili lalu tak kuasa menahan tangisnya lagi.

Kata Saili, Kiai Abdul Haq menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 00.37. "Namun, saat itu, saya belum berani memastikan kalau beliau sudah wafat. Baru setelah Hafidz melihat wajah beliau, Hafidz menangis histeris," ingat Saili.
Karena tangis Hafidz yang begitu keras, Nyai Fir -sapaan Nyai Nuri Firdausiyah- terbangun dan keluar kamar. "Beliau bertanya, kok tidak langung dibawa ke dokter? Hafidz menjawab bahwa Kiai tidak mau ketika ditawari agar pergi ke dokter," jelas Saili.
Nyai Fir saat itu masih terlihat tenang. Dia mengira kiai belum wafat. Wanita asal Malang itu masih sempat memijat tubuh suaminya. Sementara itu, Saili dan Hafidz disuruh memanggil Faiz Ahz, anak pertama kiai Abdul Haq, berikut KH Zuhri Zaini dan keluarga yang lain.

 Abduh datang dengan membawa tabung oksigen. Nyai Fir masih sempat memasangkan oksigen ke mulut Kiai Abdul Haq. Lalu Kiai Zuhri Zaini, kakak almarhum, datang. Kiai Zuhri memegang dada Kiai Abdul Haq untuk merasakan detak jantungnya. Kiai Zuhri memastikan adiknya itu telah tiada.
Sejak itu, suasana duka langsung menyelimuti Ponpes Nurul Jadid. Dalam waktu cepat, kabar itu menyebar. Ke masyararakat sekitar, alumni bahkan para tokoh di Probolinggo dan daerah lainnya. Sekitar pukul 02.00 dini hari, ribuan masyarakat dan para alumni berduyun berdatangan.
Sekitar pukul 05.00 pagi kemarin, masyarakat dari kalangan kiai, habaib, politisi, tokoh-tokoh agama dan pejabat berdatangan turut serta memberikan penghormatan terakhir pada almarhum. Mereka secara bergantian membacakan surat Yasin dan tahlil di kediaman almarhum.

Tampak para tokoh yang hadir, Bupati Pamekasan Kholilurrahman Wafie, Bupati Bondowoso Amin Said Husni, Wakil Bupati Probolinggo Salim Qurays, Dewan Muhtasyar PBNU KH Muchid Muzadi, Ketua PWNU Jatim KH Mutawakkil Alallah, Ketua MUI Kabupaten Probolinggo KH Syaiful Islam, Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Probolinggo HM Budiono, Habib Jakfar Bin Ali Baharun dari Brani Wetan.
Lalu tampak juga pengasuh Ponpes Sukorejo Situbondo KH Fawaid Asad Syamsul Arifin, pengasuh Ponpes Walisongo Situbondo KH Kholil Asad Syamsul Arifin, KH Zakky Abdullah dari Situbondo, KH Najib Miad dari Banyuanyar, serta Bupati Sumenep KH Romdhan Siraj.

Saking banyaknya pentakziah, salah salat jenazah dilaksanakan di Masjid Jami' Nurul Jadid secara bergantian. Dipimpin oleh beberapa kiai dan habaib yang hadir. Lalu, pada pukul 13.00, jenazah almarhum dimakamkan di Asta (pemakaman khusus keluarga ponpes Nurul Jadid).

Ucapan berbelasungkawa atas nama PBNU disampaikan oleh KH Muchid Muzadi. "Saat ini banyak ulama besar yang telah dipanggil oleh Allah. Saya ucapakan banyak terima kasih kepada Kiai Abdul Haq karena telah rela berjuang untuk agama dan umat. Semoga amal dan perjuangannya diterima oleh Allah," katanya.

blogger templates 3 columns | Make Money Online